Tempo Doeloe

Tempo Doeloe
Yang luput dari perhatian umum

Kamis, 28 Maret 2013

Perintis Pers Wanita Indonesia


Gadis kelahiran Kotogadang, 20 Desember 1884 ini memiliki nama asli Siti Roehana. Namun kerap disapa Roehana Koeddoes.

Roehana Koeddoes adalah putri dari pasangan Moehamad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam. Sebagai seorang wanita yang lahir di Kotogadang pada masanya, Roehana adalah sosok seorang anak yang beruntung dari segi pendidikan. Terlahir di tengah keluarga yang intelek membuatnya dapat memperoleh berbagai pengetahuan yang sukar untuk didapatkan wanita pada umumnya saat itu. Pada masanya wanita seperti terbelakang ketimbang kaum lelaki apalagi soal pendidikan, hal tersebut ikut mendorong banyak anak perempuan untuk tetap bertahan dalam “kodratnya”, tidak memikirkan kemajuan dan menjalani rutinitas di dapur saja. Maklumlah saat itu pengaruh pemerintahan Belanda yang menempatkan bumi putera pada golongan bawah nyaris menyentuh semua aspek kehidupan rakyat Indonesia. Namun bagi Roehana ia tidak ingin masuk dalam ketidakadilan tersebut. Hal inilah yang menjadi awal keberhasilan seorang Roehana Koeddoes.
Ayah Roehana adalah seseorang yang berhasil di bidang tulis menulis dan seorang pegawai pemerintahan. Beliau kerap bertugas keluar daerah karena ilmu dan prestasi yang dimilikinya. Roehana kecil pun selalu ikut bertugas dengan ayahnya. Dari segi ekonomi dan pendidikan ia tidak kesulitan. Meski saat itu tidak ada sekolah umum untuk anak perempuan Roehana tidak pantang menyerah untuk medapatkan ilmu. Ayahnya mengenalkan huruf pada Roehana. Alhasil diusia 5 Tahun Roehana mampu mengenal abjad Latin dan Arab dan juga Arab Melayu. Dan berkat bantuan orang tua angkatnya, Ibu Adiesa yang merupakan tetangganya sewaktu ia ikut tugas ayahnya ke Alahan Panjang, diusia 8 tahun Roehana sudah dengan lancar membaca dan menulis dalam abjad Arab, Latin, Arab Melayu, Bahasa Melayu, dan Belanda. Ibu Adiesa juga mengajarkan Roehana merenda. Dan kerap ilmu lainnya didapatinya secara otodidak dari buku, majalah dan surat kabar yang dimiliki ayah dan orang tua angkatnya. Pada tahun 1897 ibu kandung Roehana meninggal dunia, setelah melahirkan adik Roehana yang ke-6. Ayahnya pun menikah dengan Asiah, adik Kiam. Hal tersebut dilakukannya agar Asiah dapat mengasuh Roehana dan adik-adiknya. Ayah tetap saja sering keluar daerah untuk urusan pekerjaan, namun Roehana makin tumbuh menjadi gadis dewasa. Sewaktu ayahnya bertugas ke Medan, ia tidak ingin ikut lagi. Ia ingin balik ke Kotogadang dan memajukan kampungnya dengan ilmu yang dimilikinya. Di Kotogadang, Roehana dan adik-adiknya hidup dan tumbuh dengan bimbingan Tuo Sini.
Menggali berbagai ilmu sudah menjadi kegemaran tersendiri baginya. Ia lebih memilih belajar berbagai ilmu dan kepandaian ketimbang bermain-main dengan teman sebayanya. Meski awalnya mendapat ejekan dari teman di Kotogadang karena lakunya yang sering menyendiri dan belajar, namun lambat laun teman-temannya tertarik dengan apa yang dilakukannya. Kegiatan Reohana membacakan cerita untuk adik-adiknya mengundang ketertarikan teman-temannya untuk mendengarkannya. Tanggapan positif tersebut berlanjut, teman-teman Roehana tidak hanya tertarik untuk mendengar tapi ingin ikut bisa membaca layaknya yang dilakukan oleh Roehana. Hingga lambat laun Roehana mengajarkan teman-temannya yang tertarik untuk menulis dan membaca. Hal itu pun mendapat tanggapan yang bagus dari keluarganya. Pada tahun 1908, saat Roehana berusia 24 tahun Roehana menikah dengan Abdul Koeddoes yang juga merupakan salah seorang keponakan ayahnya atas perjodohan Tuo Sini. Abdul Koeddoes juga merupakan lelaki yang berwawasan luas dan dikenal dengan kepiawaiannya menulis untuk surat kabar. Ia sangat mendukung niat dan keinginan besar Roehana untuk memajukan pendidikan kaum perempuan.

Ritinitas Roehana untuk mengajar teman-temannya berkelanjutan. Ia membagi berbagai ilmu yang didapatinya selama ini. Namun pastinya jalan yang dijalani Roehana tidaklah mulus, banyak dari masyarakat yang berfikiran picik tentang apa yang dilakukan Roehana. Khususnya dari para orang tua mereka kerap melarang anaknya untuk belajar dengan Roehana karena dianggap kegiatan itu akan membuat anak-anak mereka lupa dengan “kodrat” mereka untuk mengurusi rumah, tidak hanya itu banyak lagi pemikiran-pemikiran negatif yang mencoba menghalang-halangi langkah baik Roehana. Hingga akhirnya pemikiran negatif tersebut beredar luas, murid Roehana makin hari makin berkurang karena takut dengan orang tua mereka. Lambat-laun Roehana letih dengan semua hujatan untuknya hingga ia sempat pindah ke Maninjau dan Padang Panjang,

Roehana hidup di luar Kotogadang sekitar 3 tahun. Karena banyak murid yang meminta Roehana kembali ke kampung halaman lewat surat-surat yang dikirimnya pada Roehana, mereka meminta agar Roehana kembali ke kampung dan mengajar kembali, akhirnya tahun 1911 Roehana dan suaminya kembali ke Kotogadang.
Langkah Roehana makin kukuh untuk dapat memajukan pendidikan di Kotogadang. Ia mengadakan pertemuan dengan mengundang 60 Bundo Kanduang di Kotogadang dan juga yang berada di luar daerah (merantau). Roehana mengutarakan latar belakang, maksud, tujuan dan sejarah hidupnya secara panjang lebar. Tulisan Roehana mengundang desah kagum dari banyak kalangan.

Niatnya untuk mendirikan sekilah untuk kaum perempuan akhirnya dapat diterima warga Kotogadang. Tahun 1911 berdirilah Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) yang memberikan wadah untuk perempuan Kotogadang untuk menggali berbagai ilmu. Mulai dari tulis-menulis, budi pekerti dan berbagai keterampilan lainnya. Kepeduliannya pada pendidikan tidak berhenti sampai disitu. Berawal dari kegemarannya membaca lalu ia pun membiasakan menulis, ia pun memiliki gagasan untuk mendirikan surat kabar agar komunikasi dan misinya untuk memajukan perempuan dapat diperluas tanpa harus bertatap muka, namun punya sarana yang pasti seperti surat kabar. Dengan dukungan banyak pihak akhirnya Roehana mampu merintis surat kabar khusus untuk perempuan di tanah Melayu. Ia pun menerbitkan surat kabar Soenting Melajoe. Dimana Roehana menjabat langsung sebagai pimpinan redaksinya di Kotogadang dan dibantu oleh Ratna Djoewita di Padang. 10 Juli 1912 surat kabar Soenting Melajoe yang pertama terbit. Lewat surat kabar tersebutlah Roehana menyuarakan kepeduliannya terhadap nasib kaum perempuan di tanah Melayu dan berbagai hal lainnya yang berisikan penyemangat kaum wanita untuk maju. Roehana lahir sebagai wartawati dan pimpinan redaksi Surat Kabar Perempuan pertama di Indonesia. Kesungguhan dan dedikasinya yang tinggi untuk kemajuan perempuan membuka mata banyak perempuan melayu untuk hidup lebih maju dan tidak terlindas zaman.

Sampai kini, pusat kerajinan Amai Setia masih kokoh berdiri dan menjadi tonggak sejarah masyarakat minangkabau. Bahkan daerah itu kini terkenal sebagai wilayah pengrajin perak terbaik di wilayah sumatra barat. Tiada dipungkiri, ini semua berkat perjuangan Roehana Koeddoes, yang masih bersaudara misan Sutan Syahrir, pejuang kemerdekaan Indonesia.

Bojong Kokosan yang terlupakan


Pertempuran Bojongkokosan yang tidak terlalu dikenal dalam buku sejarah nasional ini rupanya berefek sangat besar baik bangsa Indonesia maupun pihak sekutu. Peristiwa penyergapan tentara sekutu oleh para pejuang di desa Bojongkokosan ini rupanya memberikan inspirasi dan menambah motivasi para pejuang di Bandung dalam melawan tentara sekutu hingga akhirnya timbul perisiwa bersejarah lainnya yaitu Bandung Lautan Api.

Selama ini banyak orang hanya tahu perjuangan heroisme itu muncul pada peristiwa bandung lautan api. Tapi adakah yang tahu, bahwa pemicu awal dari peristiwa yang menginspirasi munculnya lagu halo-halo bandung itu, tidak lain dimulai dari sebuah desa kecil yang bernama bojongkokosan.

Sementara di Inggris sana sebagai dedengkot tentara sekutu langsung terjadi kehebohan karena jumlah korban yang jatuh di pihak sekutu dianggap cukup besar dan salah satu yang tewas ada seorang perwira tinggi tentara kerajaan Inggris. Terjadi perdebatan di parlemen Inggris yang juga menarik perhatian dunia. Akhirnya Inggris membalas perbuatan para pejuang tersebut dengan menugaskan angkatan udaranya untuk memborbardir kawasan Cibadak dan Cisaat.

Pencegatan konvoi Tentara Sekutu dari Jakarta menuju Bandung di Desa Bojong- kokosan, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi pada 9 Desember 1945 belum dicatatkan dalam sejarah nasional Indonesia. Padahal, peristiwa itu layak disejajarkan dengan peristiwa 10 November di Surabaya.

Pencegatan konvoi di Bojongkokosan itu juga diyakini sebagai peristiwa pembuka Bandung Lautan Api 24 Maret 1946. Pengelola Museum Palagan Bojongkokosan, Sudrajat menuturkan, peristiwa Bojongkokosan terjadi setelah pejuang yang terdiri dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan laskar rakyat menerima informasi dari Bogor bahwa pasukan Sekutu akan melakukan konvoi dari Jakarta menuju Bandung.
Sebelumnya, pasukan Sekutu sudah mendarat di Kalijati, Subang menggunakan pesawat. Konvoi pasukan itu untuk menambah kekuatan Sekutu di Bandung. Selain itu, mereka juga bertugas mengambil tawanan Jepang yang sudah dalam pengawasan TKR. Ini menyebabkan gelombang perlawanan terhadap Sekutu terajadi di seluruh Pulau Jawa.

Menurut informasi yang diterima pejuang Indonesia, hanya ada dua truk pasukan Sekutu yang akan melalui jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur- Bandung.
Kenyataannya, ada sekitar 100 pasukan yang beriringan dengan dikawal kendaraan lapis baja dan senjata modern. Pada pukul 15.00 pasukan Sekutu tiba di jalan yang berada di antara dua tebing di Bojongkokosan.

Kendaraan pengawal terjebak lubang yang sudah disiapkan oleh pejuang. Tembak-menembak pun terjadi hingga pukul 17.00. Pasukan Sekutu berhasil melanjutkan perjalanan ke Sukabumi. Namun, perlawanan terhadap mereka masih terus terjadi di sepanjang jalan. Hari berikutnya, pasukan udara Sekutu membombardir Cibadak, tempat antara Bojongkokosan dan Sukabumi. Dalam pertempuran Bojongkokosan hingga pengeboman Cibadak, 73 pejuang dan rakyat Indonesia tewas. Sementara itu, 50 tentara Sekutu tewas, 100 tentara luka, dan 30 lainnya hilang. Salah satu perwira Sekutu wilayah Jawa Barat yang namanya hingga kini belum diketahui juga tewas dalam pertempuran itu. Ini yang membuat peristiwa Bojongkokosan menjadi perhatian media internasional waktu itu.

Kendati demikian, ujar Sudrajat, peristiwa yang mengawali Bandung Lautan Api itu hingga kini belum dicatatkan dalam sejarah nasional yang diajarkan di sekolah-sekolah selain di Sukabumi. Di Jawa Barat, peristiwa Bojongkokosan 9 Desember ditetapkan sebagai Hari Juang Siliwangi sejak tahun 2004. Abdurachman, Kepala Seksi Museum dan Kepurbakalaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi mengatakan, sejak bergulirnya otonomi daerah, sudah dilakukan upaya-upaya untuk mendorong peristiwa Bojongkokosan bisa dicatat sebagai salah satu peristiwa sejarah nasional. Saat ini, sudah tak ada alasan lagi pencegatan konvoi pasukan Sekutu di Bojongkokosan itu ditutup-tutupi. Sudah selayaknya semangat perjuangan yang sudah ditunjukkan oleh masyarakat Jawa Barat diakui dalam sejarah nasional.

Peristiwa ini memang kalah terkenal jika dibandingkan dengan peristiwa 10 November di Surabaya namun bagi masyarakat sekitar kejadian tersebut lebih nyata karena masih ada beberapa orang yang mengalami langsung peritiwa tersebut yang tidak jemu-jemu menceritakan kembali kisah heroik tersebut kepada anak-anak muda. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemda setempat agar peristiwa tersebut bisa diakui sebagai sejarah nasional. Hasil positif mulai didapat dari provinsi Jawa barat yang menjadikan tanggal 9 Desember ini sebagai hari juang Siliwangi. Selain itu untuk mengenang peristiwa tersebut makan pemda setempat juga membangun sebuah monument yang dinamakan Museum Palagan Bojongkokosan

Ancaman Perang Dunia III di ujung Indonesia


PULAU Tarakan di Kalimatan Timur sejak dahulu terkenal sebagai salah satu daerah kaya akan minyak bumi. Namun tiada yang menyangka di pulau

kecil tersebut pernah terjadi pertempuran besar dan sengit antara pihak sekutu dengan jepang di masa awal masa pendudukan jepang di indonesia. Bahkan sebagian menilai pertempuran antara kekuatan sekutu dan kekuatan Poros itu begitu hebat sehingga dijuluki ’Pearl Harbour-nya Indonesia’.

Tarakan, sejak masa kolonial berada di bawah kekuasaan kerajaan Bulungan. Kerajaan inilah yang pertama kali melakukan kerjasama kontrak kerja dengan perusahaan pengeboran minyak belanda (BPM) untuk melakukan eksplorasi di bumi tarakan.


Hasilnya sungguh menajubkan sehingga Tarakan yang semula tidak dikenal mulai menjadi buah bibir bangsa barat dan menjadi incaran semua bangsa untuk menguasai. Terutama ketika berkecamuknya perang dunia kedua, dimana pihak jepang yang merupakan salah satu kekuatan poros diembargo oleh kekuatan sekutu.

Akibatnya, jepang mencari sumber bahan mentah terutama minyak bumi untuk keperluan angkatan perangnya dengan cara melakukan invasi ke daerah tersebut termasuk tarakan yang waktu itu dikuasai kolonial belanda/KNIL.
Pendaratan jepang pertama kali dilakukan di tarakan 11 januari 1942. Seriusnya jepang untuk menyerang dan menguasai Tarakan terlihat dengan dipersiapkan dan dibentuknya Pasukan khusus terdiri dari orang-orang yang ahli dibidang perminyakan. Diawali dengan serangan udara pesawat Jepang terhadap posisi pertahanan pasukan Belanda yang lebih dahulu menguasai di sana. Sekitar 20 ribu serdadu Kekaisaran yang dimotori Pasukan Kure, pasukan elit angkatan laut Jepang, mendarat di pantai timur Tarakan dalam dua kelompok. Pihak Belanda berusaha bertahan, meski tanpa harapan untuk bisa mengusir tentara Nipon. Bermodalkan 1.300 serdadu Batalion VII KNIL, segelintir kapal perang ringan, pesawat tempur dan bomber. Pulau kecil yang kaya minyak itu pun akhirnya bagaikan neraka. Sebelum pasukan Jepang mendarat, terlebih dahulu tentara Belanda membakar ladang-ladang minyak di Tarakan agar lawannya tidak mendapatkan pasokan bahan bakar.
Dalam pertempuran tak seimbang itu, Belanda akhirnya kalah telak. Sebagian tentaranya tewas terbubuh, dibunuh dan lainnya menjadi tawanan. Tak sedikit pula korban di pihak sipil. Pertempuran itu terus berlanjut disepanjang perairan laut jawa yang dikenal dengan pertempuran laut jawa dimana salah seorang admiral sekutu Karel Doorman tewas bersama dengan kapal tempurnya.
Namun kekuasaan jepang di tarakan tidak berlangsung lama. Tahun 1943 kekuatan poros sudah mulai banyak mengalami kekalahana di berbagai pertempuran oleh pihak sekutu. Dan puncaknya, pasukan sekutu dibawah komando jendral mac arthur melakukan intruksi untuk kembali merebut wilayah tarakan dari tangan jepang.

Dan untuk kedua kalinya, pertempuran hebat terjadi antara pihak sekutu dan jepang. Kendati saat itu kekuatan jepang tidak sekuat masa awal, tapi semangat juang mereka yang tinggi membuat perlawanan begitu sengit sehingga banyak jatuh korban dari pihak sekutu khususnya tentara australia yang menjadi tulang punggung serangan ke tarakan. Sedikitnya tercatat 200 prajurit australia tewas dalam pertempuran pengambilalihan itu dan ribuan prajurit jepang binasa.

Tak bisa dinafikan, pulau tarakan memiliki catatan tersendiri sebagai daerah yang pernah menjadi ajang pertempuran paling hebat di wilayah asia pasifik antara kekuatan sekutu australia dengan kekuatan poros jepang.

Ironisnya, banyak dari kita tidak mengetahui dan tidak ingin tahu akan peristiwa tersebut dan menganggap kecil peristiwa tersebut. Situs-situs tempat terjadinya peristiwa tersebut banyak yang terbengkalai dan tak terurus, padahal lokasi semacam ini dibanyak negara maju menjadi salah satu penghasil devisa negara sebagai tujuan wisata.

Desa Lestari di Kota Gudeg


Dusun ngamboh desa margorejo kecamatan tempel kabupaten sleman daerah istimewa yogyakarta tak ubahnya dusun-dusun lain yang berada di lereng kaki gunung merapi. Masyarakatnya mayoritas mengandalkan lahan pertanian sebagai mata pencaharian utama.

Namun tiada yang mengira lingkungan desa seluas 32 koma 4 hektar are yang kini terlihat asri dahulu pernah terancam degradasi lingkungan yang sangat mengkhawatirkan.

Adalah yulianus sunarto pengusaha kelahiran desa margorejo yang berhasil merubah cara berpikir masyarakat meninggalkan kebiasaan buruk mereka dengan mempelopori penghijauan dan kebersihan sepanjang bantaran sungai gayem.

Dalam filosofi presiden komisaris pabrik pengepakan pupuk yang berlokasi di semarang ini cara berpikir masyarakat yang keliru dalam mengelola lingkungan dapat diubah melalui contoh konkret bukan semata-mata hanya menegur dan berteori.

Memanfaatkan aliran sungai dia membangun kolam ikan dan wc umum dari kocek pribadi sungai gayem pun berubah fungsi menjadi wilayah publik tempat berinteraksi warga sehingga menerbitkan rasa malu bagi orang yang ingin buang hajat di sungai sungai pun terjaga kebersihannya

Untuk memulihkan lahan-lahan kritis desa dengan penanaman aneka jenis pohon

Ia yakin masyarakat akan serius menjaga pohon penghijauan dan tidak tergoda untuk menebang karena bisa memetik hasilnya dari penjualan buah-buahan itu kelak dan konservasi lingkungan pun bisa terwujud sejalan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat yang semakin meningkat

Sebagai wirastawan yang berkecimpung di bidang penghijauan sejak tahun 2000 memberikan berkah tersendiri bagi dirinya sehingga bukan persoalan rumit untuk penyediaan bibit pohon gratis bagi warga desa bahkan ke luar desa margorejo sekalipun dengan demikian konservasi lingkungan ala desa lestari bisa menular ke desa-desa lain

Dibelahan manapun perjalanan sebuah perubahan itu tentu tidak serta merta selalu berjalan mulus aral melintang pasti membayangi begitu juga yang dialami sunarto
Inilah ekspresi semangat dan kecintaan generasi penerus di desa margorejo yang kelak akan meneruskan estafet kepemimpinan memelihara pelestarian desa lestari

Untuk semakin mendekatkan mereka dengan alam dan peduli akan konservasi lingkungan mereka secara aktif terlibat langsung penanaman bibit pohon

Perjuangan masyarakat dusun ngamboh desa margorejo secara mandiri untuk mengembalikan keasrian dan konservasi lingkungan desa tidak sia-sia

Konservasi lingkungan ala dusun ngamboh mengusik perhatian gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X untuk menyaksikan secara langsung dan mencanangkan sebagai desa lestari

Dusun ngamboh kini bukan lagi desa yang sarat dengan lahan-lahan kritis namun telah berganti rupa menjadi sebuah desa lestari sebuah desa yang pantas menyandang predikat sebagai daerah kunjungan wisata edukasi.

MISTERI CANDI RATU BOKO


Kawasan ratu boko adalah situs peninggalan kerajaan mataram kuno lebih dari seribu tahun lalu yang merupakan perpaduan corak hindu dan budha
Komplek bangunan purbakala ini pertama kali ditemukan oleh van boekholtz pada tahun 1790.
Berada di atas bukit dengan ketinggian lebih kurang seratus sembilan puluh enam dari permukaan laut
Sebagaimana prambanan dan borobudur situs ratu boko juga merupakan peninggalan masa klasik . Sifat fragmentaris bangunan keraton yang tidak utuh merupakan daya tarik tersendiri
Dan ini menjadi andalan wisata bagi desa plempoh yang coba digiatkan Joko Susanto. Pemuda paruh baya yang dalam kesehariannya bekerja sebagai penjaga loket Candi Borobudur ini tidak kenal lelah untuk memajukan dan mempromosikan potensi alam daerahnya. Meski ia pun sadar membangun desa wisata plempoh seperti yang diimpikannya tidak semudah membalik telapak tangan.
Butuh kesabaran ketekunan dan keuletan untuk merealisasikannya
Meski segudang persoalan membentang di depan mata. Problematika warga yang acuh dengan perubahan modal yang sangat minim tidak menyurutkan langkahnya untuk maju
Delapan tahun sudah ia berjuang merubah wajah desanya untuk memperoleh pengakuan sebagai desa wisata. Sebuah perjalanan panjang dan melelahkan
Baginya sekali tekad diikrarkan pantang untuk dipadamkan sebagaimana ucapan heroik bung karno yang menjadi tokoh idolanya
Kini masyarakat desa plempoh bisa memetik hasil. Desa seluas empat puluh tujuh hektar itu mulai ramai dikunjungi wisatawan. Ada yang ingin mendaki ke candi ratu boko ataupun berburu barang-barang antik yang menjadi koleksi boko gallery.
Disamping eksotisme Situs Candi Ratu Boko, desa plempoh juga memiliki kesenian tradisional Srandul,yang menjadi ciri khas Masyarakat plempoh. Sebuah tarian rakyat yang menjadi benang pengikat dan jati diri warga
Berbekal kesenian tradisional srandul kondisi geografis diantara bukit dan puluhan candi menjadikan plempoh ibarat sebuah desa di bukit seribu candi. Kini desa plempoh dan warga masyarakatnya tidak takut lagi akan terpinggirkan dan tergerus ditengah potensi kekayaan alam yang melimpah ruah

Keraton Kuno di Perut Bumi


Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah terdiri dari dua wangsa (keluarga), yaitu wangsa Sanjaya dan Sailendraa. Pendiri wangsa Sanjaya adalah Raja Sanjaya. Ia menggantikan raja sebelumnya, yakni Raja Sanna. Konon, Raja Sanjaya telah menyelamatkan kerajaan mataram kuno dari kehancuran setelah Raja Sanna wafat.
Setelah Raja Sanjaya wafat, kekuasaan dipegang oleh Dapunta Sailendra, pendiri wangsa Sailendra. Para raja keturunan wangsa Sanjaya seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, dan Sri Maharaja Rakai Garung merupakan raja bawahan dari wangsa Sailendra. Oleh Karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh keturunan Raja Sanjaya, Samaratungga (raja wangsa Sailendra) menyerahkan anak perempuannya, Pramodawarddhani, untuk dikawinkan dengan anak Rakai Patapan, yaitu Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya).
Rakai Pikatan kemudian menduduki takhta Kerajaan Mataram Kuno. Melihat keadaan ini, adik Pramodawarddhani, yaitu Balaputeradewa, mengadakan perlawanan namun kalah dalam peperangan. Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke P. Sumatra dan menjadi raja Sriwijaya.
Pada masa Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu berkuasa, terjadi perebutan kekuasaan di antara para pangeran kerajaan mataram kuno. Dan pada masa Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa berkuasa, kerajaan ini berakhir dengan tiba-tiba. Diduga kehancuran kerajaan ini akibat bencana alam karena letusan Gunung Merapi, Magelang, Jawa Tengah. Meletusnya Gunung Merapi tersebut konon dianggap sebagai Paralaya (kehancuran dunia) dan kehancuran kerajaan mataram kuno.
Apa dan bagaimana sebenarnya Kerajaan Mataram Kuno itu merupakan bahan tema yang sangat menarik untuk bahan peliputan. Mengingat begitu banyaknya peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno diantaranya sangat fenomenal seperti Candi Prambanan dan Candi Borobudur.
Namun hingga kini masih belum terdapat kesepakatan para ilmuwan untuk menentukan dan memastikan lokasi induk kerajaan mataram kuno itu berada. Ia seakan lenyap di telan bumi dengan beragam spekulasi dan teori yang mengiringi kemusnahannya.
Penemuan di kampus UII Yogyakarta dan upaya ekskavasi yang dilakukan memiliki nilai sangat penting, ibarat suntikan ‘darah baru’, karena bisa menjadi pintu masuk untuk menguak lebih dalam keberadaan kerajaan mataram kuno tersebut.**

1 Juni Hari Lahir Pancasila ?


Tepat tanggal 1 Juni 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi atas nama pemerintah memperingati Hari Lahir Pancasiladi gedung MPR/DPR RI. Alhasil beragam polemik pun kembali bermunculan. Ada yang terharu, skeptis sampai pada yang bersifat acuh bey..beh..

Memang tidak bisa dipungkiri sudah puluhan tahun Pancasila sebagai dasar negara hanya sebatas hafalan bagi anak-anak tingkat sekolah dasar dan juga masyarakat umum. Ia menjadi benda mati (an sich), hiasan tanpa makna. Ironisnya lagi, bangsa besar ini (ketika pemerintah orde baru berkuasa) selalu memberikan penilaian hal-hal yang bersifat seremonial tak lepas dari nuansa politik. Akibatnya, banyak jejak sejarah yang dibuat jadi samar-samar, hilang atau sengaja dihilangkan...Entahlah.

1 Juni 1945, ketika Bung Karno membacakan pidato mengenai prinsip lima dasar oleh kelompok tertentu dikemas dan dipopulerkan sebagai moment penemuan Pancasila atau penggali Pancasila. Sementara hari lahir Pancasila baru, 18 Agustus 1945 dengan ditetapkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Sangat masuk akal, bila untuk menetapkan Hari Lahir Pancasila saja kita begitu gamang. Padahal kalau kita sebagai bangsa mau jujur dan terbuka, masih banyak bukti sejarah berupa notulensi atau pelaku sejarah yang bisa digali dan menelaah tentang hal itu.

Padahal jauh sebelum tanggal 1 Juni 1945, Mohammad Yamin, salah satu bapak pendiri republik yang dilupakan, telah merumuskan dasar negara untuk pertama kalinya. Tepatnya tanggal 29 Mei 1945, ia telah merumuskan lima dasar negara di siang BPUPKI:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Sementara Soekarno baru menyebutkan lima dasar negara yang dia istilahkan Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI dengan susunan :

1. Kebangsaan
2. Internasionalisme
3. Mufakat
4. Kesejahteraan
5. Ketuhanan

Kelompok Islam beranggapan bahwa hari kelahiran Pancasila jatuh pada tanggal 22 Juni 1945 berdasarkan tanggal ditetapkannya Piagam Jakarta, yang menyebutkan lima butir dasar negara, yaitu:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya-waratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Jadi secara gamblang dan mengacu pada perjalanan sejarah, prinsip lima dasar itu pertama kali dirumuskan oleh Mohammad Yamin, namun Soekarno-lah yang pertama kali merangkum lima prinsip dasar itu dengan istilah Pancasila.
Dan yang musti diingat dan tak bisa ditinggalkan, rumusan prinsip lima dasar yang menjadi dasar negara Indonesia itu merupakan hasil kesepakatan luhur para founding father yang telah meninggalkan sekat primordialisme, pandangan politik semata-mata demi mencari landasan kokoh bagi bangsa ini.

Kini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengawali peringatan Hari Lahir Pancasila. Semoga ini tidak lagi berdasar dari pertimbangan yang kental nuansa politiknya. Mengigat Ketua MPR saat ini Taufik Kiemas merupakan suami dari Megawati Soekarno Putri, yang juga anak dari Presiden Soekarno.

Wallahualam

Manis Getir Garuda dan Naga


Merunut hubungan kerjasama indonesia dan tiongkok atau cina sejak berabad-abad telah terjalin dengan mengalami berbagai pasang surut. Di masa kuno, hubungan dagang telah terjalin antara kerajaan nusantara dengan dinasti tiongkok kemudian menjalar ke bidang-bidang lainnya.

Kendati masih menjadi perdebatan para ahli sejarah, ada sebagian kelompok menganggap para Wali Sanga yang berperan besar dalam syiar Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa merupakan etnis tionghoa, dan bukan berasal dari handaramaut dan pedagang gujarat.

Kehadiran misi kebudayaan Laksamana Ceng Ho ke nusantara tahun 1404 – 1409 melengkapi bukti keharmonisan yang terjalin saat itu. Memasuki era kemerdekaan 17 agustus 1945 tidak sedikit tokoh tionghoa yang ikut berjuang demi tegaknya kemerdekaan indonesia salah satu diantaranya bernama John Lie. Ia merupakan salah satu tokoh peranakan tionghoa dengan kapal The Outlaw-nya berhasil menembus blockade angkatan laut belanda untuk menukar barang-barang hasil bumi seperti tembakau, lada, cengkeh dengan perlengkapan senjata.

1 oktober 1949 Republik Rakyat Cina didirikan tokoh kharismatik Mao Zedong dan Indonesia negara pertama yang memberi pengakuannya. Hubungan baik ini terus terjalin dan makin dipertegas dengan pembukaan hubungan diplomatik antara indonesia dan cina meliputi kerjasama ekonomi dan kebudayaan pada tahun 1950.

MUSIK UNDERGROUND: eksistensi kaum muda pemberontak


Kata underground pada periode tahun 90-04 sempat naik daun, dan jadi basis sayap kiri bagi kalangan musisi independen. Di Bandung yang menjadi basis kelompok musisi indie, kata underground diterjemahkan sebagai bawah tanah, dengan arti khusus kebebasan buat berkarya.

Kata underground sering diartikan salah kaprah, sering diartikan sebagai band-band pembawa lagu-lagu keras. Padahal underground bisa diisi segala macam jenis musik, selama mereka belum masuk pada major label.
Aliran musik dalam underground bisa sangat beragam, mulai dari loud voice, midlle voice sampai yang kalem pun itu bisa, yang penting semangat dalam pembawaannya yang tidak boleh dilupakan, yang disebut dengan istilah “underground spirit”. Hal ini juga lah yang dapat membedakan jenis musik dan aliran apa yang mereka mainkan. Semangat pembebasan, dan kebebasan berekspresi, tanpa takut dibatasi atau dikebiri oleh selera pasar.

Namun memang underground lebih dekat dengan jenis musik metal. Jenis musik ini memang jauh dari incaran perusahaan rekaman besar yang, yang biasa disebut major label. Bahkan ada pendapat agak ekstrem, “Kalau band indie masuk major label, pasti konsep bermusiknya jadi beda, karena harus disesuaikan dengan pasar, dan tak dapat beridealis ria lagi".
Bicara idealisme, sebagian besar band-band indie mengusungnya baik dalam karya lagu, pementasan, bahkan ada yang membawa idealisme tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Bermacam jenis idealisme yang di usung band-band indie tersebut, misalnya isu anti kemapanan, isu anti major label, isu sosial, politik dan ekonomi, hingga atheisme.

Kehadiran teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan (networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih beragam.
Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna puluhan tahun ke depan. Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom indie dan bukan underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non-mainstream lokal. Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasik mengenai istilah indie atau underground ini di tanah air.

Musik underground sendiri merupakan budaya cangkokan. Dimana dalam proses pencariannya membentuk kultur memberdayakan diri sendiri dan komunitas. Berangkat dari pemikiran itulah, para pelaku musik underground memiliki etos kerja ''''Do it Your Self". Karena musik underground merupakan musik subkultur bukan musik mainstream, dimana tidak semua orang bisa menikmati, tidak semua orang bisa melihat. Sehingga untuk tetap menjaga eksistensi musik ini harus dilakukan sendiri. Grup underground membuat konser sendiri, show sendiri, kecenderungannya lebih eksklusif karena kapitalisme sudah mengakomodasi musik itu sendiri.
Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy (Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terencem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia.

Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70-an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Indonesia.
Menjelang akhir era 80-an, anak-anak muda di seluruh dunia sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Kebanyakan kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari bersenang-senang lebih menjadi `panglima’ sekarang ini.