SUPERSEMAR sebuah
akronim yang sampai detik ini selalu
memunculkan kontroversial dan menjadi tanda tanya dalam benak seluruh
bangsa Indonesia. Disebut kontroversial
karena secarik kertas yang diberikan Presiden Sukarno kepada Suharto untuk
melakukan penertiban sesaat setelah meletusnya Gerakan 30 September muncul
dalam bermacam versi dengan jumlah kertas berbeda-beda. Ada yang satu rangkap, ada yang rangkap dua
bahkan beredar rumor ada pula yang rangkap tiga. Juga mengenai persoalan logo
atau kop surat yang dipakai.
Menjadi tanda tanya
karena secarik kertas berharga dan bernilai tinggi yang membuat perubahan besar
tatanan bangsa Indonesia hilang tanpa rimbanya seolah lenyap ditelan bumi. Tak satu pun orang yang sempat menyaksikan
bentuk fisik surat tersebut. Dan yang
beredar saat ini dan menjadi koleksi Arsip Nasional RI juga hanya dalam bentuk
soft copy. Sementara orang-orang yang
terlibat langsung satu demi satu sudah meninggal dunia.
Orang banyak berharap
suatu ketika M. Yusuf, sebagai pelaku satu-satunya yang masih hidup mau
mengungkap keberadaan surat tersebut.
Sayang, sampai Jendral M Yusuf meninggal tak satupun ucapan mengenai
supersemar keluar dari bibirnya, bahkan memoir pun tidak ada. Alhasil, supersemar makin menjadi gelap dan
mengalami kebuntuan.
Tidak sedikit
kalangan akademisi mencoba menyodorkan beragam teori soal supersemar. Ada teori menyebut surat itu sudah dibakar
untuk menghilangkan jejak bahwa suksesi kepemimpinan Indonesia dilakukan dengan
cara kudeta diam-diam oleh militer. Ada
pula yang berteori surat itu disembunyikan disuatu tempat tersembunyi dan
akhirnya benar-benar hilang, ada pula yang menduga surat itu disimpan oleh
kalangan militer tertentu.
Tidak satu pun orang
yang pernah melihat wujud fisik supersemar itu, kecuali para pelaku yang kini
semuanya sudah meninggal dunia. Disaat terakhir, orang masih berharap Jendral M. Yusuf, salah satu pelaku yang menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor dalam biografinya akan mempublikasikan SP 11 Maret yang diklaim disimpannya. Sayang, setelah beliau meninggal di dalam biografinya hanya ada foto copy SP 11 Maret yang banyak dinanti...dan PALSU PULA.
Adalah Nurinwa,
mantan peneliti LIPI yang belum lama ini menemukan fisik surat dari
SUPERSEMAR. Surat berwarna coklat
kekuning-kuningan dan sobek dibeberapa bagian ditemukan Nurinwan disebuah
lokasi yang jauh dari dugaan banyak orang, yakni di makam panglima perang
Majapahit di daerah Surabaya. Puluhan
tahun surat itu disimpan dan dirawat oleh sebuah keluarga yang leluhurnya masih
memiliki darah trah Majapahit. Dan surat itu BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN.
Tidak mustahil
penemuan SUPERSEMAR ini akan kembali berdampak pada situasi politik tanah air
secara keseluruhan.