Pulau
Morotai di wilayah Maluku Utara sepintas
tidak berbeda dengan pulau- pulau kecil yang banyak tersebar di Indonesia. Namun pulau mini yang berada di tepi Samudra
Pasifik ini memiliki nilai historis tinggi bukan hanya bagi bangsa Indonesia
tapi juga dunia.
Pada periode
Perang Dunia II ( 1944 – 1945 ) pulau ini menjadi saksi bisu kepiawaian Sang
Jendral Besar Pihak Sekutu Jendral Douglas Mac Arthur dalam menyusun strategi
perang yang terkenal dengan istilah strategi lompat katak untuk menggulung
kekuatan Balatentara Dai Nippon di wilayah itu.
Tepat tanggal 15
September 1944, diawali dengan tembakan-tembakan
meriam dan serangan udara selama 2 jam penyerbuan ke Morotai dilakukan dari
Biak. Dan pada pukul 08.30 pagi pantai Morotai berhasil dikuasai.
Pasukan pendudukan Jepang mundur ke bukit-bukit, karena memang kekuatan
pasukan Sekutu 100 kali kekuatan Pasukan Jepang yang bertahan di Morotai. Satu
demi satu desa-desa seperti Totodoku, Baru, Gotatalamo, dan Jubod, serta
kampung kampung sepanjang Sungai Sabatai di Pulau Morotai segera dikuasai
Sekutu.
Tidak kepalang
tanggung, Sang Jendral Besar Sekutu itu memindahkah markasnya dari Hollandia
(Jayapura) ke Morotai dan memboyong semua kekuatan tempur ABDACOM
(Australian British
Dutch and America Command) dalam rangka
persiapan sasaran berikutnya di kepulauan Formosa (Filipina).
Dan untuk
persiapan penyerbuan ke Filipina, Jendral Mac Arthur membangun landasan pesawat terbang di Morotai yang dikenal dengan
sebutan Pitoe Airstrip. Pulau itu juga
menjadi armada miilter terbesar untuk 150 kapal perang dengan pasukan infantri
beberapa resimen dan divisi dari
berbagai Negara. Langit Morotai pun di
dipenuhi beragam jenis pesawat tempur yang tercanggih di masanya yang akhirnya menghantarkan
pihak sekutu sebagai pihak pemenang perang dunia II.
Tahun 1962, Jejak Morotai kembali mencuat saat Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Bung
karno mencetuskan niatnya untuk mengusir antek imperialisme yang masih
bertengger di bumi Irian Barat. Maka
operasi pembebasan Irian Barat melalui operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) pun
digelar, Dan pulau Morotai kembali memegang peran utama dengan dijadikannya
pulau itu sebagai pusat pangkalan Udara
Tentara Nasional. Morotai dipakai
sebagai titik kumpul pesawat-pesawat Pembom Strategis TU-16 AURI dan pesawat
tempur MIG-17 AURI dalam rangka persiapan penyerbuan Pulau Biak di Irian Barat. Pada operasi inilah Indonesia mengerahkan
seluruh kekuatan armada perangnya yang kala itu sangat ditakuti di wilayah
selatan. Namun Operasi besandi Djajawidjaja
batal, Belanda dan Indonesia sepakat melakukan gencatan senjata, dan Irian
Barat kembali kepangkuan Ibu Pertiwi melalui diplomasi di PBB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar