Tempo Doeloe
Jumat, 24 Mei 2013
TEROWONGAN SUROWONO : sepenggal teknologi air gaya majapahit
Di era modern ini membuat sebuah terowongan berapapun besar dan panjangnya bisa dibilang seratus persen bakal terwujud..terlebih dengan peralatan yang serba mutakhir belakangan ini.
Namun bagaimana bila pembuatan terowongan bawah tanah itu dilakukan seribu tahun yang lalu ? mungkin tak pernah terbayangkan sedikitpun juga hal itu bisa diwujudkan. faktanya ternyata bangsa Indonesia mampu membuatnya..terbukti dengan ditemukannya terowongan air bawah tanah di desa canggu, kediri yang bernama terowongan surowono hasil buah karya budaya peninggalan kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan besar nusantara di abad 12-13.
Terowongan Surowono yang tersisa itu merupakan bagian kecil dari seluruh terowongan yang pernah dibuat di masa kejayaan Hayam Wuruk ketika memerintah Majapahit yang berfungsi untuk pengairan dan sumber air kehidupan bagi rakyat banyak. Bahkan diyakini terowongan itu merupakan salah satu jalur air yang memasok kebutuhan air dan ditampung di kolam segaran di wilayah Trowulan, dimana ibukota pemerintahan Majapahit berada.
Ironisnya, sambungan terowongan air Surowono tersebut yang mengarah ke utara, dimana sumber mata air-atau umbulan berada kini sudah beralih wujud. Semula lokasi itu merupakan petirtaan suci dengan dikelilingi tembok bata merah kuno berukuran besar dan bersusun dengan gaya arsitektur tinggi berhiasakan arca patung seorang wanita yang dari buah dadanya mengeluarkan sumber air alam tersebut.
Sayang, patung arca itu raib tak ketahuan rimbanya. Sementara tembok keliling sudah dihancurleburkan rata dengan tanah dan diganti dengan tembok keliling yang sudah diplester semen sampai licin. Tak tersisa sedikitpun jejak lokasi itu dahulu merupakan situs purbakala yang sangat berarti dan sakral...Alhasil, tempat itu kini berubah menjadi kolam renang yang tiap hari ramai dikunjungi warga sekitar sebagai salah satu bentuk hiburan dan olahraga
Bahkan yang lebih mengenaskan lagi, tak jauh dari lokasi itu sekitar 400 meter, dimana terletak Candi Surowono, yang dalam kitab Negara Kertagama karya Mpu Prapanca disebut-sebut sebagai tempat menginap Raja Hayam Wuruk saat kunjungan kerja ke wilayah Kediri dan akan kembali ke Trowulan, Mojokerto, keadaannya lebih buruk lagi. Candi itu tak terawat dan banyak ornamen yang hilang. Entah hilang karena digerus waktu atau hilang karena keisengan para antikan- yang rajin memburu peninggalan kuno majapahit.
Dengan demikian, di desa Canggu itu yang masih bisa disaksikan tingginya peradaban masa lampau tinggalan kerajaan Majapahit tinggal terowongan Surowono, yang panjangnya sekitar 400 meter. Hal yang membuat takjub adalah teknik yang digunakan untuk membuat terowongan air bawah tanah itu hanya menggunakan semacam alat pacul yang masa sekarang disebut ganco. Selain cara menemukan sumber air di bawah tanah itu untuk dibuatkan jalur air yang tersambung satu dengan yang lain.
Dan hebatnya lagi, para arsitek majapahit pun sudah memikirkan di masa itu untuk sistim penghawaan sebagai jalan sirkulasi udara di dalam terowongan dengan membuat pintu keluar setiap 100 meter. Tak salah bila disebut masa kerajaan Majapahit, bangsa Indonesia sudah memiliki sebuah peradaban tinggi...
Sebuah torehan dan fakta sejarah yang sangat mengharu biru, bila di masa sekarang, bangsa Indonesia silau dengan kemajuan dan apa yang telah dicapai bangsa lain...
Dengan demikian menjadi sangat relevan bila slogan yang selalu dicetuskan Bung Karno...JAS MERAH-jangan sekali-kali melupakan sejarah....karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mau dan menghormati sejarahnya sendiri....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar